A.
Agama Primitif
Agama adalah ajaran yang berasal dari tuhan atau hasil renungan
manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan dari
generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memeberi tuntunan dan pedoman hidup
bagi manusia.[1]
Istilah primitif dinisbatkan kepada manusia
atau sekelompok orang yang hidup pada masa lampau. Dengan demikin primitf dapat dikatakan bahwa sesuatu yang kuno. Dalam hubungan dengan kepercayaan agama
,istilah primitive digunakan untuk menandai masa perkembangan manusia yang
palinag awal dan bentuk agama paling
awal manusia di nisbatkan kepada masyarakat ini.
Jadi Agama primitive adalah agama manusia pada tingkat yang pertama yang selanjutnya mengalami kemajuan dari politeisme menjadi
monoteisme.
Dalam agama primitif dikenal istilah tentang ‘Necrolatry’,
Spiritisme, Naturalisme, dan Animisme. Necrolarya dalam pemujaan terhadap
roh-roh atau jiwa manusia dan binatang, terutama pemujaan terhadap roh orang
yang telah meninggal. Spiritisme adalah pemujaan terhadap makhluk sepiritual
ang tidak dihubungkan dalam suatu cara yang mapan dengan jasad-jasad tertentu
dan objek-objek tertentu. Naturlisme adalah pemujaan terhadap makhluk
sepiritual yang dikaitkan dengan fenomena alam dan kekuatan komik yang besar
seperti angin, sungai, bintang-bintang, langit dan juga objek-objek yang
menyelimuti bumi ini yaitu tanaman dan binatang. Sedangkan animesme adalah
pemujaan terhadap makhluk sepiritual yang objeknya tidak dapat dilihat oleh
mata manusia.
a)
Pandangan
tentang alam semesta
Masyarakat
primitive beranggapan bahwa dunia dan alam sekitarnya merupakan subjek
(kedudukanya sama dengan makhluk yang berpribadi). Berbeda dengan pandangan
orang modern yang beranggapan bahwa alam ini adalah objek bagi perasaan
,perasan, dan tindakannya. Tetapi baik masyarakat moderen dan primitif meyakini
bahwa diluar dirinya ada yang menimbulkan kekeuatan tetapi sikap atau cara
menghadapi kekuatan itu berbeda antara masyarakat primitive dan modern.
b)
Mudah
menyakralkan objek tertentu
Konsekwensi
dari pandangan yang tidak membedakan antara subjek dan objek dan juga antara
manusia dan alam sekitarntya menyebabkan masyarakat primitive memandang syakral terhadap sesuatu yang
menimbulkan madharat dan manfa’at. Keris, batu, pohon yang mempunyai keunikan
tertentu dianggap syakral dan peerlu untuk dihormati dan dianggap suci
c)
Sikap
hidup yang serba magis
Dalam
Masyarakat primitive magis merupan sesuatu yang sangat penting. Semua acara keagamaan adalah magis. Sikap
hidupny adalah magis. Karena perbuatan mereka selalu dihubungkan dengan
kekuatan yang ada dialam gaib, manusia primitive mengisi alat perlengakapan hidup
dan kehidupanya dengan daya-daya gaib. Menurut Malinowski sikap hidup
masyarakat primitive banyak menggantungkan pada hal-hal magis, sementara
kepercayaan terhadap pengetahuan empiris dan keahlian praktis berkurang.
d)
Hidup
penuh dengan upacara keagamaan
Selain
kehiduapan masyarakat primitf diliputi kehidupan yang serba magis, kehidupan
mereka juga diliputi dengan upacara-upacara keagamaan dan perbuatan mereka yang
serba religius. Oleh karena itu, upacara-upacara keagamaan juga mewarnai
aktifitas kehidupan mereka. Pengerjaan sawah, ladang, perkawinan dan
perbuatan–perbuatan yang lain, semuanya mengandung arti sebagai upacara
keagamaan. Setiap upacara memiliki mitenya sendiri, suatu naskah atau skenario
dari seluruh perbuatan manusia yang harus dilakukan pada setiap upacara pada
dalam hidupnya.
C.
Animesme
Animesme berasal dari bahasa latin “anima” yang artinya nyawa, roh atau
sukma dan animea yang berarti napas atau jiwa, jadi animesme
adalah kepercayaan bahwa setiap benda itu mempunyai roh baik pada benda hidup
atau benda mati, kadang-kadang juga disebut orang dengan serba sukma.[3]
Animisme adalah suatu paham bahwa alam ini mempunyai atau semua
benda memiliki roh atau jiwa.[4]
Orang –orang primitif percaya terhadap roh dan
juga memuliakanya sebab mereka berkeyakinan bahwa roh dapat memeberikan
manfa’at dan madhorot terhadap manusia,mereka juga berkeyakinan bahwa mereka
bisa meminta pertolonagn terhadap roh-roh tersebut.misal mereka memuja/
menymbah pohon beringin.mereka percaya bahwa pohon berngin memepunyai roh dan
mereka percaya bahwa pohon beringin tersebut dapat membantu merrekadalam
hal-hal yang mereka kehendaki.begitu juga penyembahan terhadap benda –benda
lain seperti, batu, batu besar,arca ,gununga ,binatang , pohon-pohon besar dan
lain-lain ynag mereka anggap sakral dan mereka yakini dapat memberikan manfa’at
dn madhorot
Bila dipandang dari bentuknya animisme
itu dapat disebut sebagai agama karena animisme menyerupai
sifat-sifat agama misalnya:
1. Dalam animisme orang percaya terhadap hal-hal yang gaib dan barang-barang
yang bersifat rohani
2. Memuja dan memuji terhadap kekuatan yang maha tinggi untuk mendapatkan kasih
sayang dan kebahagiyaan dalam hidup
3. Sadar akan kelemahan manusia sehingga mereka patuh dan tunduk dan
menyandarkan diri kepada kekuatan gaib(roh tersebut )
selain animisme mempunyai sifat-sifat
keagamaan animisme juga merupakan falsafah (pandangan hidup) bagi orang-orang primitif karena animisme mencoba
menerangkan dengan akal pikiran kejadian yang dihadapi orang
primitif dan hasil fikiran dan keterangan mereka dapat memberikan kepuasan kepada jiwa –jiwa pengikutnya.
1.
Sifat-sifat
khas animisme
Dalam animism terdapat suatu susnan keagamaan dengan suatu
rangkaian uapacara-upacara dan bentuk-bentuk sesembahan yang melukiskan adanya
makhluk-makluk halus ,roh-roh dan jiwa-jiwa yang mempunyai keinginan dan
kehendak.
Dalam animisme kita dapatkan kepercayaan bahwa makhluk-makhluk
halus atau roh-roh yang ada disekitar manusia kadang bersikap baik terhadap
manusia kadang sebaliknya, sehingga manusia dikuasai rasa takut. Roh-roh ini
bersifat supra manusiawi yang sangat mempengaruhi dan sangat menentukan kehidupan
manusia. Masyarakat primitif menyadari bahwa pada keinginan manusia sendiri ada
keinginan lain, pada kehendaknya sendiri ada kehendak orang lain.
2.
Teori
animisme
Dalam karyanya yaitu Primitive Culture, Taylor mengemukakan bahwa
agama mulai dengan animesme. Menurutnya Animesme adalah pelambangan dari suatu
juwa atau roh pada beberapa makhluk hidup dan objek bernyawa lainnya. Tylor
juga berpendapat bahwa agama adalah kepercayaan seseorang terhadap adanya suatu
hubungan antara dirinya sendiri dengan roh-roh yang dianggap memiliki,
menguasai,dan ada dimana-mana memenuhi alam semesta ini.
3.
Sikap
dan bentuk Kultus Kesembahan
a.
Pemujaan
terhadap roh-roh leluhur
Orang primitip menganggap bahwa orang yang telah meninggal
mempunyai kedudukan tinggi, menentukan nasib dan mengontrokl manusia. Roh-roh
orang yang telah meninggal dunia dianggap dan dipercaya sebagai makhluk kuat
yang menentukan, dan segala kehendak dan kemauanya harus dituruti. Menurut
orang primitip roh orang yang telah meninggal tersebut tinggal di gua-gua atau
di dalam tanah di dasar sebagai mana halnya pada waktu masih hidup di dunia
ini. Mereka juga membutuhkan makan dan minum.
Sebenarnya, asal mula pemujaan terhadap arwah leluhur sebagai
kultus sesembahan di kalangan orang-orang primituip adalah karena rasa takut
terhadap hantu-hantu yang bergentayangan yang sering mendatangi mereka dan
karena keinginan untuk menjaga dan memelihara hubungan baik.
Pemujaan terhadap roh para lerluhur merupakan suatu cabang terbesar
dalam agama manusia. Para leluhur yang telah meninggal dianggap tetap
melindungi keluarga sendiri dan tetap menerima penghargaan, pelayanan serta
penghormatan sebagai sesepuh.
4.
Kepercayaan
tentang hidup setelah mati
a.
Jiwa
setelah manusia mati
Di Flores barat terdapat kepercayaan bahwa jiwa seseorang yang
sudah meninggal atau sudah mati bersatu dalam suatu masyarakat atau suatu
persekutuan tersendiri dan msih berhubungan dengan keturunannya yang masih
hidup. Sebenarnya pemujaan terhadap orang-orang yang telah meninggal terdapat
disemua masyarakat dan itu merupakan salah satu bentuk kuno dalam kepercayaan masyarakat primitif kepercayaan ini dikuatkan
dengan penguburan mayat disertai makanan dan minuman untuk bekal perjalanan
setlah hidup kembali. Ini menguatkan adanya kepercaayaan mereka tentang hidup
setelah mati.
b.
Cara
menghubungi roh-roh leluhur
Roh-roh leluhur dipercayai mampu memberikan sabda ramalan kepada
anak keturunan mereka yang sellu minta saran pada waktu dalam bahaya atau
kesulitan. Menurut W. Crooke, biasanya orang-orang primitif melakukan ini di
tempat-tempat tertentu. Misalnya dengan
cara mempersembahkan korban, sesajian sambil mengharapkan roh orang yang sudah
meninggal menampakkan diri kepadanya dan ini dilakukan dengan tidur diatas
kuburan orang yang sudah meninggal tadi.
Di Melanesia cara menghubungi roh leluhur yaitu setelah selesai
penguburan mayat, mereka mengambil suatu kantong dan sebatang bambu yang
panjangnya kira-kira 5-7 meter. Dialam kantong ditaruh pisang lalu mulut kantong
diikatkan pada ujung bambu kemudian diletakkan tepat diatas kuburan si mati.
Di Luzon Philipina terdapat suku Ifugao yang melakukan upacara
dengan diiringi dengan beberpa ekor binatang yang dikorbankan dengan maksud menyeru atau memanggil roh-roh nenek moyang
para leluhur.
5.
Totem
dan tabu sebagai pola tingkah laku animistis
Kata totem berasal dari ototeman yang dalam bahasa dan dialog suku
Ojibwa dari Amerika utara berarti kekerabatan dan kekeluargaan. Kata inii
sering digunakan untuk mengungkapkan
adanya suatu hubungan antara manusia dengan binatang yang bersifat
kekeluargaan. Kata ote itu sendiri mempunyai pengertian pertalian keluarga dan
kekerabatan antara saudara laki-laki maupun perempuan. Hubunga kelompok karena
kelahiran atau pengangkatan kekeluargaan dimana membawa pengertian tidak dapat
saling mengawini. Totem itu tadi dalam perkembangannya memberikan pengartian
tentang adanya sejneis roh pelindung manusia yang berwujud manusia. Para
sarjana anteopologi menyebut tetemisme, tetemisme ini semacam bentuk agama pada
orang primitif. Namun para sarjana agama lebih menekankan totemisme bukan suatu
agama, karena totemisme hanyalah merupakan ekspresi keagaman dalam pemujaan dan
penyambhan terhadap binatang.
Tabu atau tabu atau tapu adalah suatu kata yang berasal dari
Polynesia. Ta yang artinya tanda dan pu yang artinya telah melampaui. Tabu
biasanya dikaitkan dengan totem. Tabu digunakan untuk pengertian yang
diterapkan pada adanya larangan-larangan tertentu, baik terhadap orang, barang
atau obyek tertentu, binatang tertentu, dan juga makanan trertentu karena akan
mnimbulkan ketakutan dan bahaya.
Tabu erat hubungannya dengan mana. Menurut A Fan Gennep yanmg
disebut mana adalah kekuatan supra alami yang erat sekali hubungannya dengan
dinamisme. Orang yang memiliki mana dapat memberi pengertian adanya suatu tabu
atau larangan bagi orang lain yang lebih sedikit mananyasuatu contoh yang
sangat menarik adalah tabu seperti yang dikemukakanoleh Raleph Linton dalam
artikelnya Merguesan Culture dalam buku Abram Kardiner The Individual
and his society sampai-sampai pada orang dari suku polinesia ada orang tertentu
yang tabu bagi orang lain untuk menyentuhnya bahkan menginjak bayang-bayangnya
sekalipun.
Ide tentang tabu mencakup suatu adat kebiasaan yang menunjukkan
rasa takut terhadap obyek-obyek tertentu yang erat sekali hubungannya dengan
ide maupun praktik pemujaan yang mengarah kepadanya.
D.
Dinamesme
1.
Pengertian
Dinamesme
Dinamesme berasal dari bahasa Yunani yaitu dunamos dan di
inggriskan menjadi dinamis yang artinya kekuatan, kekuasaan atau kasiat.
Sedngkan Dr. Harun Nasution tidak mendefinisikan dinamisma secara tegas, beliau
hanya menerangkan bahwa “bagi manusia primitif yang tingkat kebudayaannya masih
rendah sekali tiap-tiap benda yang berada disekelilingnya bisa meempunyai
kekuatan batin yang misterius. Dalam ensiklopedi umum dijumpai definisi
dinamesme sebagai “kepercayaan keagamaa, primitif pada zaman sebelum kedatangan
agamma hindu ke Indonesia. Selanjutnya dinyatakan, bahwa
dasarnya adalah percaya adanya kekuatan yang maha ada yang berada
dimana-mana (mana). Dinamesme disebut juga pre Animesme yang mengajarkan bahwaa
tiap-tiap benda mempunyai mana.
2.
Beberapa
kosep yang erat hubungannya dengan dinamesme:
a.
Mana
Mana adalah salah satu istilah lain saja dari apa yang disebut
dinamesme. Menurut James e. o menyatakan bahwa mana sebagai salah satu istilah
dari penduduk daerah pasifik yang berarti kekuasaan gaib yang rahasia atau
pengaruh yang mengikat benda-benda tertentu kemudian menjadikan benda-benda itu
sici dan tabu. Dalam bentuknya yang kuno orang melanesia mempercayai mana
sebagai sumber segala kekuatan dan dasar segala tindakan manusia. Keberhasilan
seseorang dianggap bukanlah karena usahanya secatra murni tetapi karena mana
yang terdapat pada dirinya.
Menurut Honig dikalangan jawa ada istilah kotor dan keramat yang
terkandung dalam mana. Sesuatu dianggap kotor jika mengandung kekuatan atau
yang membinasakan orang, sehingga orang harus berhati-hati terhadapnya. Yang
disebut keramat adalah sesuatu yang mengandung daya yang dianggap mendatangkan
keselamatan.
b.
Fetish
Fetish yang berasal dari bahasa Portugis feitico yang
berarti jimat dan kemudian diterapkan juga pada pengertian pusaka atau
peninggalan, yaitu sesuatu yang mengandungdaya gaib atau benda- benda yang
berkualitas magi. Dengan singkat fetis adalah benda-benda yang mengandung mana
dan disebut juga benda bertuah. dasar faham fetish adalah bahwa daya-daya gaib
bertemat pada benda-benda materi yang menyebabkan benda itu menjadi suci,
keramat, mempunyai kasiat, berguna untuk suatu kepentintingan baik yang
bersifat rohaniah atau jasmaniah.
Fetish juga menjadi benda yang dipuja artinya benda itu
diperlakukan hati-hati, disimpan baik-baik, diolesi, disirami setiap waktu
tertentu, dan diasapi dengan menyan. Semua ini denga maksud supaya kekuatan
yang terkandung dalam benda itu bertambah terpelihara atau terbaharui. Namun
perbuatan baik, pemujaan, dan pensucian terhadap fetish bisa berkurang bahkan
sampai hapus sama sekali bila benda itu hilang kesaktiannya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa setiap benda yang aneh karena
bentuknya atau karena lainnya dan ternyata sakti dapat dipakai sebagai fetish.
Adakalanya berbagai suku memiliki fetish sendiri-sendiri untuk menjamin
kelangsungan dan keselamatan suku itu. Fetish jenis ini disebut pusaka. Pusaka
dapat berupa keris, tombak, rantai, kereta keraton, payung atau pakaian-pakaian
tertentu. Cotohnhya pusaka tombak korowelang di Tulung Agung
c.
Magi
Dalam kamus ilmiah popular kata magi semakna dengan gaib; rahasia;
sihir[5]
Hal ini sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Honig yang menyatakan bahwa
magi sama dengan sihir
Dalam
Dictionari of pagan religion di sebutkan
magis adalah penguasa segala sesuatu yang berhubunagn dengan rohani
manusia ,pelopor, perbuatan-perbuatan yang bersifat misterius dan juga menyiksa
manusia dengan berbagai cobaan
Dalam
ensiklopedi umum magi(kekuatan gaib ) didefinisikan sebagai cara–cara terentu
yang diyakini dapat menimbulakan kekuatan gaib, sehingga orang yang
memepraktekannya dapat menguasai orang lain baik dalam pikiranya maupun dalam
tingkah lakunya.
Magi juga
didefinisikan sebagai mantra yang diyakini memiliki kekuatan untuk menolong
atau mencelakakan orang lain. Magi yang menolonag orang disebut magi
putih(white magic). Sedangkan magi untuk
mencelakan disebut(black magic).Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa magic sama dengan ilmu sihir.
d. Dukun dan
Syaman
Dukun adalah orang yang mempunyai kekeuatan
gaib, yang tahu akan upacara-upacara yang diperlukan untuk menggunakan daya
kekeuatan itu dan menjalankan upacara-upacara itu untuk kepentingan masyarakat.
Dia bekerja secara sadar dengan ilmu pengetahuanya.
Syaman hampir sama dengan dukun, tetapi
kekeuatan gaib yang dimilikinya bersifat ekstatis/lupa diri dan bekerja apa
yang disebut depersonalisasi artinya di dalam saman bekerja dan dari saman
berbicaralah suatu daya yang memiliki dan menguasai saman itu sepenuhnya saman
terdapat pada suku bangsa samoyet dan suku-suku lain di Asia Utara. Syaman
memperoleh ke ekstaseanya melalui berbagai cara.Bisa dengan menyanyi, menari,
atau minum yang memabukan. Diantara yang telah disebutkan tadi, tari-tarian
merata dipraktekan masyarakat primitive, karena dari tarian itu dapat
dikeluarkan suatu daya yang memakas sifatnya.